Dongeng Si Kabayan Awet Muda Terbaru Lengkap Berikut Gambarnya

Advertisement
Advertisement
Haiii Sobb!! Gimana nih kabar kalian hari ini? Semoga baik-baik aja yah.... Artikel yang anda cari saat ini adalah cerita dongeng si kabayan awet muda terbaru lengkap berikut gambarnya. Siapa sih yang gak kenal dengan cerita si kabayan yang membuat para pembaca tertawa ketika membaca dan mendengarkan cerita - cerita tentang si kabayan contoh nya saja dongeng si kabayan jeung nyi iteung, dongeng si kabayan ngalamun, dongeng si kabayan ngala tutut, dongeng si kabayan ngala nangka, dongeng si kabayan ngala roay, dan masih banyak lagi cerita dongeng si kabayan yang lainnya.

Cerita si kabayan berasal dari daerah Jawa Barat biasa di bilang cerita sunda si kabayan. Cerita - cerita kabayan ini diambil dari sisi kehidupan sehari-harinya. Cerita ini tergolong kategori dongeng cerita rakyat yang lucu. Karena kelucuan dari karakter si kabayan maka dongeng si kabayan ini pun sangat di minati kalangan remaja khusus nya orang Sunda yakni daerah Jawa Barat.

Cerita kabayan juga cocok buat tugas anak sekolahan. Cerita nya yang sedekit dan atau bisa di bilang pendek dapat memudahkan siswa untuk menghafalkan nya. Dari sekian banyak nya cerita si kabayan, kali ini saya akan menceritakan dongeng si kabayan awet muda terbaru. Cerita kabayan awet muda ini merupakan cerita terbaru karangan anak bangsa (karya anak bangsa). pasti penasaran kan?? Mari simak lebih lanjut dongeng si kabayan Awet Muda....


KABAYAN AWET MUDA 





Dengan napas merahuh-rahuh, akhirnya sampai juga Si Kabayan menginjakkan kakinya di atas anak tangga usia yang ke-60 tahun.
Sebelum itu, kalau dia ditanya usianya, dia selalu bilang usiaku antara 30 tahun dan kuburan. Sepuluh tahun kemudian, jawabanya berbunyi, usiaku antara 40 tahun dan kuburan. Dan sepuluh tahun kemudian lagi, usiaku antara 50 tahun dan kuburan. Dan sekarang, tentu saja dia bilang antara 60 tahun dan kuburan. Pokoknya, dia tidak pernah mau bilang berapa persisnya usianya itu. Kalau ditanya kenapa, jawabannya pun pendek saja. Katanya, "Apa pentingnya jumlah umur. Yang penting adalah pergumulan kita dengan nasib kita, yang akhirnya kita toh mesti kalah mutlak, kita mati.

Pergumulan itulah yang penting, karena tidak mudah. Tidak mudah, karena banyak faktor-faktornya yang mempengaruhi nasib kita itu, baik faktor-faktor yang gaib, maupun yang nyata datangnya dari sesama makhluk manusia. Kebetulan nasibku ini, ya, beginilah wujudnya; persis seperti nasib hidupku sebagai Si Kabayan. Tak kurang, tak lebih. Sejak mulai nongol dari rahim ibu sampai sekarang ini, nasibku kerempengan doang. Tidak pernah berobah menjadi nasib seorang jenderal atau Ki Silah tetanggaku yang kaya tapi kikir itu. Padahal ketika kecil aku sering kali ingin bertukaran nasib dengan anak manja seorang pejabat yang berkuasa dan banyak duit."

Dengan usia selanjut sekarang ini, Si Kabayan merasa dirinya lebih matang dan dewasa; berkat pengalaman hidupnya; berkat pengetahuan yang dia telah pungut sana sini dari bacaan atau obrolan di warung kopi; atau lebih utama, berkat percakapan dan tanya-jawabnya dengan orang-orang macam Pak Kiyai. Pak Guru, Sang Mertua, Ki Silah, Si Bedegul, dll. Dan lewat lewat Si Iteung dia tahu apa artinya cinta sebagai suami dan lewat Si Bego apa artinya cinta sebagai seorang ayah. Juga bahasa Inggris dan bahasa Arab, di samping bahasa Belanda, dia mengerti sedikit-sedikit. Dan semuanya pengalaman dan pengetahuan itu merupakan bahan tenungan baginya, yang seringkali dia kaitkan dengan mawas diri.

Akhirnya, dapatlah dia menemukan suatu pegangan dan prinsip hidup yang dia rasakan cukup kuat untuk berkonfrontasi dengan nasib hidupnya itu. Pegangan itu dia dasarkan pada akal dan moral yang positif. Itulah gambaran pribadi Si Kabayan yang dia bayangkan sendiri dalam usianya yang sdah meningkat; "antara 60 tahun dan kuburan" itu. Tapi buseeet, pikirnya pada suatu pagi. Aku lebih dikagumi orang, bukan karena kematangan jiwaku yang telah kucapai ini, melainkan karena aku awet muda. Masih kekar, segar, suka ketawa, dan belum pikun. Pokoknya begitulah menurut mereka.

Pada suatu hari, seorang kenalan lama datang kepadanya. Orang itu baru 50 tahun umurnya, tapi rupanya sudah seperti kakek-kakek 70-an. Pipinya sudah cekung ke dalam karena giginya sudah pada rontok hampir semuanya. Tegasnya, ompong-melompong. Kulit mukanya seperti serbet baru dicuci belum disertika, sedang rambutnya, kumisnya dan alisnya seperti ditaburi abu dapur. Pokoknya, sudah masuk kelas rombengan, deh. Tapi repotnya, dia genit seperti seorang "neli" (nenek lincah) yang berkumis. Si Kabayan menjulukinya sebagai "kakek-kakek remadi (remaja abadi). Dan orang itu senang sekali dengan julukan itu, merasa dirinya betul-betul seorang remaja. Dia melepaskan ketawa berhaha-haha dari mulutnya yang melompong seperti gua yang ternganga memperlihatkan sana-sini ada dua-tiga batu wadasnya yang putih kekuning-kuningan warnanya bekas nikotin rokok ketek.

"Wahai, Kabayan, sobat baikku," katanya. "Apa gerangan rahasianya, maka Anda nampaknya jauh lebih muda dari pada jumlah usia anda? Apa rahasianya?"

"Wudhu," jawab Si Kabayan singkat.

Yang bertanya bengong. Bertanya lagi. Tegas lagi jawaban Si Kabayan, "Wudhu!" Bertanya lagi untuk ketiga kalinya. Jawabannya sama lagi, "Wudhu!" Tapi ditambah, "Tiap jam wudhu; tiap menit wudhu, tiap detik wudhu, tiap seperjuta kwadrat-repeten detik wudhu, wudhu, wudhuuuuu!!!!!!" Yang bertanya tambah bengong. Geleng-geleng kapala. Bertanya lagi; "Caranya, Kabayan! Bagaimana itu?"
"Denyutkan jantung Anda dengan zikrullah (ingat sama Tuhan). Mandi dengan air insya Allah (sesuaikan gerak-gerik Anda dengan kehendak Tuhan). Kumur-kumur mulut anda dengan bismillah (atas nama Tuhan, jangan gosip, menfitnah, menipu, berdusta, munafik, palsu, berkhianat) Lalu pancarkan sinar alhamdulillah dari wajah anda (gembira, ramah, rendah hati, suka humor dan bersyukur sama Allah, jangan sok pinter, sok kuasa, sombong, kepala gede). Itu saja. Disamping tentunya shalat biasa dan berolahraga, gerak badan. Kalau Anda praktekkan semuanya itu, insya Allah, kawan, besok atau lusa Anda bakal disunglap menjadi pemuda remaja yang akan dikejar-kejar gadis-gadis SMA."

Orang itu menjadi bringas matanya. Dikejar-kejar gadis SMA?! Dikejar-kejar? Wow! Dia sangat senang mendengar prospek yang dibayangkan itu. Tapi katanya.

"Wah, nampaknya sukar sekali untuk mempraktekkan sikap hidup dengan wudhu itu, Kabayan."

"Memang hidup tidak dimaksudkan semudah ngelamun dapat lotre, sobat. Life is not meant to be easy, seperti kata Pak Guru, yang meninjau hidup ini selalu lewat kaca mata filsafatnya. Itulah kenyataannya. Itulah faktanya. Tapi kalau Anda mau main gampang-gampangan mengenai soal awet muda itu, beli saja obat rambut merek 'Burung Merak' buatan Jepang dari apotek. Cat saja rambut anda yang sudah mulai putih itu juga kumis dan alis mata Anda. Tapi bulu hidung anda, cabuti saja yang putih-putihnya dengan catut. Bulu ketiak dan bulu bulu anda lainnya tak perlu Anda gubris. Biarkan saja bulu-bulu itu tumbuh wajar menurut warna usianya. Sudah selesai urusan rambut dan bulu, sobat, pergilah ke dokter ahli kecantikan suruh dia menyetrika keriput-keriput kulit muka Anda itu sampai begitu rata dan licin, sehingga nyamuk-nyamuk yang mau mengisap darah anda pada berjatuhan, terpeleset kakinya. Selesai itu, pergilah Anda ke Cina tukang gigi. Suruh dia cabutin itu gigi-gigi yang masih bandel itu. Lalu suruh bikin gigi palsu, supaya Anda bisa membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang serba bisa; bisa hinggap di bulan, bisa bikin bom-bom jahanam untuk saling hancurkan, tapi juga bisa gosok gigi sambil bersiul-siul."

"Apa semuanya itu ada resikonya, Kabayan? Misalnya kena penyakit kanker kulit?"

"Apakah ada kepalsuan yang tidak membawa resiko di dunia ini, sobat? Tidakkah Anda melihat, bahwa kepalsuan yang biang keladinya adalah dusta dan munafik, telah menimbulkan bermacam-macam kekacauan yang sangat gawat di seluruh muka bumi ini?"

Si Kakek-kakek genit remadi itu mengangguk-angguk.

"Tapi untunglah," kata Si Kabayan seterusnya, "kepalsuan kecil-kecilan, yang didorong oleh semangat kegenitan, seperti dengan obat awet muda yang bisa dibeli di apotek itu, tidak menimbulkan kekacuan apa-apa. Dan resikonya pun paling-paling Anda akan diketawain anak-cucu anda. Mereka akan ramai ketawa-ketawa dan bersorak-sorak menunjukan ke arah kepala Anda sambil berteriak-teriak; Lihat!Lihat! Rambut Opa jadi belang, tidak rata hitamnya, persis kayak bulu kucing garong! Itulah antara lain resikonya. Dan gadis-gadis SMA pun, wah, mana mau mereka mengejar-ngejar kucing garong yang ompong?"

Mendengar kata-kata terakhir itu, orang itu ciut hatinya. Wajahnya layu. Prospek indah bakal dikejar-kejar gadis-gadis SMA itu ambruk berantakan. Dia tidak bertanya apa-apa lagi. Cuma berpikir-pikir dalam hatinya yang kecewa itu bahwa Si Kabayan sudah jelas mulai pikun. Ditanya rahasia awet muda, omongannya kok ngawur mengenai burung merak dan kepalsuan segala macam. Padahal kepalsuan itu kan sudah jamaknya mengacu pergaulan hidup manusia; di bidang apa saja, apa itu politik, ekonomi, agama, budaya, kesenian, pengadilan, pendidik, ilmu pengetahuan, dsb. Kepalsuan selalu menyelinap ke dalamnya. Aku tahu itu. Tak perlu dikuliahi oleh Si Badut ini. Sebulan kemudian, Si Kabayan mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun." Kakek-kakek 70-an tahun yang berumur 50 tahun itu meninggal. Korban kegenitan. Diduga kena infeksi obat rambut yang dipakainya.

Si Kabayan sedih. Tunduk merenung. Yah. pikirnya, akibat kegenitan bisa negatif (mati konyol kena racun), tapi juga bisa positif. Paling positif, kalau mutu dan tujuannya ditingkatkan ke taraf cita-cita yang luhur dalam mengabdi kepada Tuhan lewat pengabdian kepada sesama umat manusia. Demikian rupa sehingga kita akan dikenal orang dengan julukan "Manusia yang baik." Dengan demikian, sifat kegenitan pun berubah menjadi sifat keikhlasan dan ketulusan.

Si Kabayan sadar bahwa Si Iteung dan Si Bego sudah lama memberi julukan "Manusia yang Baik" itu kepada dirinya. Tapi tidak meluas sampai keluar batas rumah dan pekarangan. Mudah-mudahan waktu antara 60 tahun dan kuburan itu cukup lama untuk mengubah julukan-julukan negatif yang biasa diberikan kepadanya, macam "Si Pandir," "Si Bloon," "Si Tolol," Si Badut," dll, itu bisa dia ubah menjadi julukan baru yang lebih positif itu; "Manusia yang Baik" Kuncinya sudah ada; Wudhu.

Maka dengan tegas dia berkata kepada istrinya; "Insya Allah! Iteung, Akang sekarang ingin menjadi seorang 'Manusia Baru.'. Mulai sekarang Akang akan mempraktekkan wudhu itu sendiri. Bukan menawarkannya kepada orang lain. Akang tidak mau memperkuat barisan para munafikin di dunia ini. Insya allah, Iteung, Doakan Akang."

"Alhamdulillah! Akang! Alhamdulillah! teriak Si Iteung sambil memeluk, menggigit telinga suaminya dengan penuh nafsu gregetan, sehingga si kekek-kakek yang awet muda itu memekik kesakitan dan terbatuk-batuk kesukaran narik napas, selaku kakek-kakek yang awet kolot.

Gimana sobb dongeng si kabayan Awet Muda nya?? menarik juga lucu gak? so pasti nya dong.. Ya lumayan untuk di jadikan teman anda di saat rumah sedang sepi dan juga yang lagi bete sama pacarnya semoga dapat terhibur dengan cerita ini.

Masih banyak dongeng si kabayan yang lainnya lohh sob seperti dongeng si kabayan jeung si iteung, dongeng si kabayan ngala roay, dongeng si kabayan melem lauk, dongeng si kabayan ngala nangka, dan lainnya. Jangan lewatkan kunjungi juga baca artikel kami yang lainnya ya sobb
Terima kasih telah berkunjung dan sampai jumpa di blog kami yang lainnya....

Advertisement